Hutan dan Tambang Nikel Seri: 2

Mengantar Nikel Mengaspal

Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan kendaraan listrik. Kini banyak diperbincangkan karena menjadi salah satu upaya pemangkasan emisi karbon dari sektor transportasi.

Tren ini disambut baik oleh dunia industri dengan berlomba-lomba mencari ceruk bumi yang mengandung mineral penting sebagai bahan baku baterai listrik.

Sebelum membahas lebih jauh, kita cek dulu tren peningkatan penjualan mobil listrik dari tahun ke tahun.

Tahu enggak, sih? Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia, lho. Itulah kenapa pemerintah kita berambisi besar dalam pengembangan ekosistem baterai listrik.

Daya mobilmu lemah! Ayo di-charge dulu! Tapi kenapa ya nikel itu penting dalam industri baterai mobil listrik?

Aduuuh, kita dimana ini? kenapa hutannya pada gundul ya? Apa ini ada hubungannya dengan tambang nikel?

Oh tidak!

Perusahaan-perusahaan nikel di Indonesia sudah berupaya menjalankan tanggung jawab lingkungan mereka untuk memulihkan hutan. Tapi, tetap saja, dalam rentang 2001 hingga 2021, hutan alam yang terdeforestasi tercatat seluas 333.409 hektare.

Itu sama dengan
5x Luas DKI Jakarta

Stop! di sana ada pertambangan nikel! Kita lihat, yuk, lima perusahaan nikel terbesar di Indonesia.

Perjalananmu berakhir disini.

Dari sisi penawaran, pemerintah menyiapkan ekosistem industri baterai listrik terintegrasi dengan mengundang investor-investor raksasa. Sisi permintaan juga digenjot dengan kebijakan yang menyokong percepatan transisi menuju elektrifikasi kendaraan.

Presiden Joko Widodo pada 13 September 2022 mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 7/2022 tentang penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai sebagai kendaraan dinas operasional dan/atau kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

Pemerintah juga telah memberikan insentif atau subsidi pembelian kendaraan listrik, baik untuk roda dua maupun roda empat. Besarannya yaitu Rp7 juta per unit untuk 50.000 unit motor listrik sepanjang 2023. Sedangkan untuk mobil listrik, diberikan keringanan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi hanya 1 persen, dengan nilai besaran diskon sekitar Rp70 juta.

Pemerintah melalui kantong Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) telah mengamankan total investasi senilai US$23,7 miliar. Angka yang fantastis itu bersumber dari kocek tiga pemain besar di industri baterai listrik dunia, yakni LG Energy Solution (US$9,8 miliar), Contemporary Amperex Technology Co., Limited atau CATL (US$5,9 miliar) dan Foxconn (US$8 miliar).

Total nilai investasi dari tiga korporasi itu mengalir ke tiga mata rantai industri, yakni penambangan nikel di Halmahera, Maluku Utara; pusat pemurnian, prekursor, katoda hingga daur ulang baterai di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah; serta pabrik baterai listrik di Karawang, Jawa Barat.

Seperti kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dibandingkan dengan kendaraan roda empat, penjualan sepeda motor listrik akan melaju lebih kencang karena faktor penyetaraan harga dengan kendaraan konvensional yang akan lebih cepat tercapai.

Sejumlah korporasi yang melihat peluang tersebut kemudian terjun untuk mencubit kue kendaraan listrik di segmen roda dua.

Berdasarkan catatan Kemenhub, hingga Oktober 2022, terdapat sekitar 28.188 kendaraan listrik di Indonesia, terdiri atas 22.942 roda dua, dan 4.904 roda empat, sisanya bus, truk, dan kendaraan roda tiga.

Pemerintah menargetkan setidaknya ada 2,5 juta kendaraan listrik mengaspal pada 2025.

Deretan perusahaan yang masuk ekosistem kendaraan listrik roda dua

Kenapa sih, pemerintah perlu repot-repot mengundang investor asing untuk membangun ekosistem baterai listrik? Tidak bisakah memanfaatkan industri tambang nikel existing di Indonesia?

Ternyata tidak semudah itu, lho. Perlu teknologi lebih tinggi dan energi yang lebih besar untuk memproses nikel menjadi bahan baku baterai. Apalagi, nikel yang ditemukan di Indonesia berjenis nikel oksida atau laterit yang berkadar rendah, sama halnya dengan yang banyak ditambang di negara tropis lainnya seperti Filipina dan Kaledonia Baru.

Nikel oksida perlu diproses dengan metode hidrometalurgi atau high pressure acid leaching (HPAL) untuk menghasilkan nikel kelas 1 sebagai bahan baku baterai listrik.

Nikel oksida yang diproses dengan pirometalurgi hanya akan menghasilkan nikel dengan kadar di bawah 99,8 persen dan biasanya digunakan untuk bahan baku stainless steel, industrial alloy, dan sebagainya.

Proses Pengolahan Nikel

Data Geoportal Kementerian ESDM sampai 2 November 2022 menunjukkan terdapat 302 izin usaha pertambangan dan kontrak karya komoditas nikel dengan total luas lahan 614.142,58 hektare. Sebanyak 247 izin berada di Sulawesi, 52 di Kepulauan Maluku, dan tiga sisanya di Papua.

Lahan konsesi tambang nikel paling luas terletak di Sulawesi Tenggara (223.070,88 hektare), Maluku Utara (213.896,45 hektare) , dan Sulawesi Tengah (225.485,30 hektare). Dua konsesi lahan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) membentang di antara dua provinsi, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, seluas 93.265 hektare.

Sepanjang tahun 2022, terjadi penambahan lahan konsesi tambang nikel seluas 64.714 hektare untuk 13 izin yang terbit. Angka itu mengalami peningkatan dari 7 izin saja pada 2021 dengan luas konsesi lahan hanya 2.651,25 hektare.

Penasaran bagaimana kondisinya? Cek datanya pada peta.

Peta Tambang Nikel
& Deforestasi

Pilih pada lokasi dan lihat apa yang terjadi disana.

5 Perusahaan Tambang Nikel Terbesar Di Indonesia

Kawasan industri berbasis nikel

Industri Komponen Baterai Berbasis Nikel

scroll

"Salah satu risikonya adalah transisi energi hanya memindahkan tekanan pada hutan di daerah di mana batu bara berada, ke daerah dimana mineral transisi [termasuk nikel] berada."

Anthony Bebbington

Profesor di Sekolah Pascasarjana Geografi
Universitas Clark di AS

NASKAH DAN EDITOR

Reni Lestari

Gajah Kusumo

ILUSTRASI DAN LAYOUT

Muhamad Afandi

Zoya Rasyidi Thoriq

Desain Sosial Media

Fachri Nur Muharom

DEVELOPER

Teknologi Bisnis.com

Konten ini merupakan salah satu pemenang Data Journalism Hackathon 2022 yang diselenggarakan Indonesian Data Journalism Network.